Akhir-akhir ini saya jarang update dan membeli buku-buku baru. Kalau dulu, tahun 2000-an saya update banget karena setiap akhir pekan pasti mampir ke toko buku Gramedia untuk lihat-lihat dan beli buku incaran. Semenjak era toko online, saya beli buku juga secara online, hanya saja malah malas untuk cek kategori buku keluaran baru. Seringnya sih cek toko buku online tersebut supaya tahu komik lanjutan incaran sudah dirilis atau belum. Untuk buku yang akan saya review kali ini, saya cukup beruntung bisa ikut pre order karena pas banget saya lagi berkunjung ke bukukita.
Saya sudah tau sejak tahun 2000-an ada buku berjudul "The Naked Traveler" di rak buku tentang travelling, namun karena saya pada waktu itu cuma anak SMA yang kere dan nggak tertarik sama travelling, jadi saya skip untuk beli bukunya. Apalagi sampul bukunya menurut saya sih nggak menarik dan pikir saya, "Apaan sih kok judulnya naked-naked? Telanjang?" Singkat kata setelah saya mengenal Mbak Trinity dari kicauannya di Twitter dan blog-nya, saya akhirnya tertarik beli secara online dan membaca buku Mbak Trinity pada Februari 2012. Buku pertama saya adalah The Naked Traveler 2 dan The Naked Traveler 3. Buku pertamanya kosong, tapi sekarang saya bahkan punya semua buku Trinity, baik itu buku komiknya dan buku kompilasi tentang travel meski tulisan Mbak Trinity hanya satu buah saja! (kecuali ada yang terlewatkan)
The Naked Traveler: 1 Year Round-The-World Trip |
Kenapa saya beli buku The Naked Traveler: 1 Year Round-The-World Trip?
Alasannya:
- Saya sangat suka membaca dan mengoleksi buku. Kalau saya sudah suka sama tulisan sesorang atau ngefan sama sosok tersebut, bukunya sangat bernilai untuk dikoleksi.
- Saya penasaran sama cerita pengalaman yang dibawa oleh Trinity sebagai oleh-oleh yang paling berharga dari jalan-jalan selama satu tahun penuh ini.
Setelah Trinity pulang dari jalan-jalan keliling Amerika Latin pada Oktober 2013, ugghh..saya nggak sabar banget supaya bukunya cepat rilis. Berhubung saya lagi asyik sama dunia saya sendiri, ujung-ujungnya lupa juga sama bukunya. Sampai akhirnya secara tiba-tiba saat berkunjung ke bukukita.com saya lihat sedang dibuka pre order untuk buku The Naked Traveler: 1 Year Round-The-World Trip.
Buku pre order ini adalah edisi terbatas yang dilengkapi hadiah tanda tangan Trinity dan dua lembar kartu pos bergambar. Saya mendapat buku nomor 84 dari 555 buah buku part 1 dan nomor 300 dari 555 buah buku part 2. Tanda tanganya hanya ada di buku part 2. Saya sih maklum aja, karena pasti gempor tanda tangan ribuan buku. Kartu pos yang saya dapat bergambar Atacama Desert di Peru, Cenote di Mexico, Lake Pehoe di Chile, dan Machu Pichu di Peru.
The Naked Traveler 1 Year Round-The-World Trip ini bukunya benar-benar padat. Kalau diibaratkan manusia, bukunya montok berisi. Selain bukunya cukup tebal (243 dan 258 halaman), ukuran font hurufnya juga lebih kecil dari buku-buku sebelumnya. Gambar yang disajikan lebih banyak dari buku-buku sebelumnya, berwarna pula! Bahan kertas dan wangi kertasnya enak (yang ini informasi nggak penting sih, tapi saya suka).
Jujur, gaya tulisan Trinity yang paling saya suka dan bikin saya jatuh cinta ada di buku ke 2 dan ke 3. Setelah baca buku ke 2 dan 3, saya baca buku ke 1 dan saya sangat merasakan betapa kenimaktan membacanya menurun. Di ketiga buku tersebut, tulisannya sangat swing... mengalir begitu saja dengan cepat. Apalagi pilihan kata Trinity dan humornya oke banget! Bikin saya ngakak terus. Lantas kalau di buku The Naked Traveler 1 Year Round-The-World Trip ini bagaimana?
Nah, maksudnya padat, bukan cuma fisik bukunya, tapi tulisannya dengan segudang informasi. Saya baca buku edisi jalan-jalan setahun ini ada mixed feelings. Satu sisi nggak sabar dan excited, di sisi lain nggak terlalu excited juga hahaha, bingung deh. Soalnya, buku ini mengeksplorasi negara-negara yang tidak menarik perhatian saya seperti Kolombia, Peru, Ekuador, Chili, Brazil, Argentina, Jamaica, Kuba, Guatemala, dll. Maka dari itu, saya termasuk orang yang bisa jadi penyebab banyaknya orang sana yang bilang kalau Trinity dan temannya Yasmin adalah orang Indonesia pertama yang mereka temui saking jarang banget ada orang Indoneisa yang tertarik travelling ke Amerika Selatan. Membaca kedua buku ini seperti roller coaster, ada saatnya saya bosan dan skip beberapa bagian, ada saatnya saya merasa enjoy bacanya. Buku ini memang bukan buku panduan travelling, tapi infonya padat merayap. Trinity bahkan perlu menceritakan sejarah-sejarah suatu tempat, suatu budaya, dll karena memang supaya pembaca menjadi dekat dengan objek yang dibicarakan. Namun karena saya merasa terlalu seperti membaca buku sejarah, saya jadi bosan. Humor masih banyak diselipkan oleh Trinity, karena memang orangnya humoris sih dan sudut pandangnya terhadap sesuatu tidak biasa. Karena out of the box, buat saya jadi menghibur. Benar-benar kenyang deh bacanya.
Saking lengkapnya tulisan Trinity, bahkan pertanyaan-pertanyaan yang timbul pada tahun 2012 saat Trinity mau mulai perjalanannya dan pertanyaan-pertanyaan lanjutan yang muncul sejalan saat saya baca bukunya, akhirnya terjawab juga di bab-bab lanjutan. Serius, saya bahkan pernah mau kirim email ke Mbak Trinity untuk bertanya sesuatu saking penasarannya, tapi toh akhirnya nggak jadi karena sudah terjawab hehe. Banyak sih yang bikin saya penasaran, tapi tentunya yang ada di top list semua orang adalah tentang biaya, berapa uang yang dikeluarkan Trinity untuk jalan-jalan ke luar negeri selama setahun penuh? Meski nggak ditulis plek plek angka nominalnya, Trinity menjabarkan gambaran harga tiket pesawat, biaya akomodasi, dll. Hasil hitungannya menurut saya memang tidak mahal untuk destinasi sebanyak itu, sejauh itu, dan selama itu! Saya yakin orang-orang yang sudah bekerja bertahun-tahun sebenarnya mampu kalau mau ngikut backpackeran a la Trinity dan temannya, Yasmin. Pertanyaannya, kalau sudah mampu, berani nggak 'buang' uang segitu besar dan pekerjaan untuk nekat melakukannya?
Buku ini sangat cocok untuk yang suka hanya membaca (tapi tidak suka travelling), yang suka fakta-fakta unik di berbagai macam negara, dan yang suka travelling (pastinya dong). Buku ini bukan travel guide book tapi ketika Anda membacanya dan memutuskan untuk travelling ke sana, saya yakin Anda tidak akan kehilangan 'arah' dan menjadi lebih siap karena sudah paham apa yang harus Anda lakukan.
0 comments:
Post a Comment