Entahlah kenapa dalam dua bulan terakhir
ini saya sekeluarga tiba-tiba jatuh cinta dengan burung. Papa, mama,
dan adik-adik semua jadi cinta mati dengan burung. Berawal dari seorang
rekan papa yang memberi burung lovebird, burung pertama kami yang kami
beri nama Gerry, lalu teman bersayap kami semakin bertambah hingga kini
kami sudah punya 11 burung di rumah. Sebenarnya lebih, tapi ada yang
mati dimakan kucing dan ada empat ekor parkit yang kami kembalikan
karena kicauannya menggangu burung lain.
Sekitar lima atau enam hari lalu terhitung saat saya menulis artikel ini, papa membawa pulang burung srigunting batu yang dari penampakan luarnya
bukanlah favorit saya sebagai perempuan: hitam, sangar, seram, dan
mengingatkan saya pada seekor burung gagak. Kata papa, burung srigunting
bahkan bisa menakuti elang. Saat papa mem-booking (baru membayar
tanda jadi) anakan srigunting di penjual burung, bulunya belum
sempurna. Si anakan ditinggal oleh papa di sang penjual dan kemudian
saat uang terkumpul, barulah srigunting dijemput pulang. Ternyata
ekornya tumbuh saat ditinggal di sang penjual. Ekornya luar biasa indah,
berwarna hitam, menjuntai panjang, dan menyerupai gunting. Oya, papa
menamainya Drago.
Meski
kesan pertama menyeramkan, namun saya dan keluarga malah semakin suka
dengan srigunting. Makannya lahap sekali, entah harus memberi makan
berapa jangkrik untuk membuat dia kenyang. Suara yang ditimbulkan saat
menunggu kami menyiapkan voer atau janggrik gaduh sekali. Paruhnya
dibuka lebar-lebar. Saat makanan masuk, suaranya langsung hilang. Keren
deh! Tampang boleh seram, tapi suaranya aduhai manis sekali. Seperti
bunyi balon. Mungkin karena masih bayi. Heran juga sih, ukurannya dan
penampilan ekornya yang sudah sangat lengkap tidak mencerminkan Drago
masih bayi. Kicauannya lucu dan memiliki irama yang khas. Saya sampai
hapal. Kadang secara tidak sengaja Drago juga bisa menirukan siulan
mulut papa dan saya.
Hal
yang paling saya benci saat memiliki teman hewan di rumah adalah ketika
teman hewan saya sakit. Bukan karena tidak suka bersusah payah
mengurusnya, tapi karena kasihan dan tidak tega melihat kondisinya yang
lemas terkulai. Saat seperti itu tiba pada saat Drago baru menjadi
anggota keluarga kami sekitar dua atau tiga hari (pada Kamis 14 Agustus
2014). Sore hari, saya dan adik saya sedang main di teras bersama Empus
si kucing kampung. Tiba-tiba Drago jumpalitan, loncat tidak
beraturan di kandang dan terdiam seperti tersangkut di sepertiga tinggi
kandang. Langsung saja kandang saya turunkan untuk cek kondisinya. Saya
takut kejadian kakinya tersangkut lubang di kandang terulang. Setelah
saya cek, memang benar dia seperti tersangkut, tapi tidak separah
sebelumnya. Sayang, satu ekor guntingnya nyaris putus karena mungkin
Drago berusaha sekuat mungkin untuk melepaskan diri saat tersangkut.
Ekornya jadi tertarik.
Saya
panggil mama untuk melihat. Saat kita bertiga sedang ber-"duh...kasihan
ekornya", tiba-tiba burung srigunting kami muntah! Saat muntah, dia
masih bisa bertengger. Tak berapa lama kemudian, Dago srigunting jatuh
dari tenggeran dan badannya tampak berguncang-guncang mirip orang
kesurupan. Saya nilai dia baru saja kejang. Suasana waktu itu horor
sekali. Kami takut si Drago kenapa-kenapa. Setelah kejang, dia
tergelepar di bawah. Saat mencoba bangkit dan berjalan, Drago srigunting
tampak tegopoh-gopoh. Kerap kali tersandung. Kami pikir mungkin celah
kayu kandang cukup lebar, jadi kaki si Drago nyusruk ke bawah. Drago srigunting diam, tidak berkicau. Mungkin shock. Waktu
pertama kali tersangkut dia langsung diam juga. Alhasil, saya langsung
ambil kertas cukup tebal untuk mengalasi kandang supaya Drago srigunting
bisa berjaan tanpa terjeblos. Ternyata nggak juga tuh. Tiap kali jalan,
tampak pincang. Saya lupa entah itu kaki kanan atau kaki kiri yang
pincang. Keadaan makin gawat. Kepala Drago srigunting seperti terputar
mendongak ke atas. Dannn...putus juga ekor indahnya yang sebeumnya
'nyaris putus'.
Drago, Jumat sore. Kepala mendongak ke atas. Setelahnya, paruh terbuka. Makin lama, kepala semakin ke belakang. |
Runtutan
dari Drao srigunting terbang jumpalitan, jatuh, muntah, kejang, lumpuh,
kepala mendongak terjadi sangat cepat. Tidak berapa lama kemudian papa
pulang dari kantor. Setelah diceritakan, papa malah menyalahkan saya
yang beberapa hari sebelumnya memberi Ebod Vit ke dalam minuman Drago
srigunting. Maksud saya sih baik, karena semua kicau mania di dunia maya
menyarankan pemberian tambahan mutivitamin. Saya jadi merasa bersalah,
namun tetap bersukukuh bukan Ebod Vit penyebabnya, karena burung saya
Pocky si cendet juga masih kecil dan saya beri Ebod Vit menunjukkan ada
masalah.
Sejak
sore itu, saya nggak berhenti browsing di Google tentang ciri-ciri
burung srigunting yang muntah, kejang, lumpuh, kepala mendongak, dan
paruh menganga. Jangan bayangkan kepalanya cuma mendongak ke atas. Makin
lama, kepalanya sampai menyentuh punggungnya! Jadi kepalanya berputar
180 derajat dari posisi awal. Kadang terkapar. Kepalanya sampai kena
kotorannya sendiri. Super horor. Setelah browsing, hasil yang keluar
cuma menunjukkan tautan ke blog atau website mengenai burung murai batu
dan artikel umum tentang penyakit burung. Jadi, tanda-tanda tersebut
ternyata sering terjadi pada burung murai batu. Bagi saya yang awam,
murai batu mirip dengan srigunting batu. Beberapa artikel mengarahkan
saya ke kesimpulan bahwa Drago srigunting kekurangan vitamin B yang
padahal vitamin tersebut sebenarnya sudah terkandung di pakan. Mungkin
saat di tukang jualan, pola makannya kurang diperhatikan. Beberapa
artikel lain mengarah pada penyakit syaraf. Saya putuskan untuk membeli
obat BirdPro yang dijual OmKicau. Saya hubungi Om Dimas, agen OmKicau di
Tangerang Selatan. Hari Jum'at pagi (15 Agustus 2014), saya dan adik
saya langsung cussss menemui Om Dimas untuk mengambil BirdPro di sekitar
lokasi kantornya di Bintaro. Harganya Rp 75.000. Tak lupa, saya
tunjukkan ke beliau Ebod Vit yang saya beli untuk bertanya apakah
vitamin ini menjadi salah satu penyebabnya. Jawaban beliau, justru itu
diperlukan sebagai vitamin harian. Om Dimas juga agak kaget, baru kali
ini dia menemukan kasus srigunting kena penyakit syaraf. Biasanya yang
sering kena itu burung murai batu. Murai batu yang kondisinya sudah
jatuh ke bawah seperti si Drago lalu didiamkan tanpa diberi obat,
lama-lama akan mati. Pemberian bubuk BirdPro, menurut Om Dimas, cukup
sebesar pentul korek dilarutkan dalam air minum.
Tiba
di rumah, saya baca brosur obatnya. Di brosur, menurut om kicau,
takaran obatnya satu sendok takar penuh. Saat siang dan sore hari, air
minum di ganti. Saya ikut kata OmKicau saja, berhubung saya orangnya
sedikit lebay kalau mengaplikasikan sesuatu. Setelah siap, saya
pakai sedotan bekas susu untuk nyuapin obat ke Drago sriguntuing. Sedih,
dia nggak mau buka paruhnya, padaha saat pagi sebelum saya ke Bintaro
dia masih mau buka mulut untuk makan atau minum. Saya goda-goda, tetap
nggak mau buka paruh. Bagaimana obat mau masuk, kalau tidak buka paruh?
Jadi, yang saya lakukan adalah ujung sedotan saya tempelkan ke ujung
paruhnya dan jari penutup ujung sedotan saya buka. Nggak peduli deh
banyak larutan obatnya yang jatuh ke bawah, paing tidak saya berharap
ada sedikit larutan yang merembes ke dalam mulutnya. Tidak lupa juga
sambil saya bacakan surat Al-Fatihah. Hampir lima belas menit sekali
atau tiga puluh menit sekali saya terus coba meminumkan obat. Oya,
kandang Drago srigunting saya letakkan di lantai dan saya kerudungin
layaknya burung mabung. Alhamdulillah, pada malam harinya Drago mau buka
paruhnya. Posisi sedotan kira-kira 2 cm dari mulutnya yang terbuka,
lalu saya lepaskan larutan obat dari sedotan. Kadang ditelan, kadang
disembur lagi. Dia geleng-geleng kepala jadi saya kecipratan larutan
obatnya. Mulai Jum'at malam, Drago srigunting maah kehilangan nafsu
makan.
Voer dan jangkrik dilepeh semua, padahal jangkrik makanan favoritnya.
Malam hari, Drago sudah bisa berdiri di tenggeran dasar meskipun diam
saja nyaris tanpa gerakan sama sekali. Benar-benar terlihat sakit.
Bulunya yang hitam berubah menjadi abu-abu.
BirdPro dari OmKicau, sendok takarnya (tersedia dalam botol), sedotan yang saya pakai untuk memberi minum obat, dan Ebod Vit yang sebelumnya menjadi tersangka. |
Hari
kedua pemberian obat (Sabtu 15 Agustus 2014), saya keluarkan kandang
supaya Drago mendapat sinar matahari pagi sampai sekitar pukul 9. Mulai
hari ini, lebih mudah bagi saya memberi dia obat. Dia menelan obatnya.
Wah, Alhamdulillah, saya dan mama senang sekali si Drago mau minum obat.
Sore harinya, kemajuannya sangat pesat. Drago berangsur-angsur pulih.
Setidaknya, kepalanya sudah kembali ke posisi semua. Sudah tegak lagi.
Di kandang, kami letakkan dua tingkat tenggeran. Yang pertama tenggeran
normal dan yang kedua tenggerean yang sangat rendah. Mungkin jaraknya
harnya 0,5 cm dari permukaan kandang. Maksudnya, supaya kalau dia mau
berdiri, dia tidak bersusah payah karena memang kaki burung diciptakan
untuk bertengger di ranting pohon. Dia juga sekarang mampu bertengger di
atas. Sebelumnya, untuk bertengger dia lungai sekali. Sabtu malam, papa
memaksa Drago untuk makan. Biasanya, kita cukup memasukkan voer atau
jangkrik ke mulut atau jika ia mendongak ke atas, makanan bisa kita
jatuhkan ke dalam mulut. Kali ini, papa memasukkan jangkrik agak
menjorok ke dalam mulut Drago srigunting. Makanan akhirnya ditelan,
nggak dilepeh lagi. Mulai Sabtu sore, Drago srigunting sudah mulai
kembali mengeluarkan bunyi kicauan lemah. Jika, penutup sangkar di buka,
ia akan mendekati kami dengan heboh. Takut ia kejang lagi maka kami
tutup kembali, tapi akhirnya kita putuskan sudah mulai menggantung
kandang kembali di atas. Saat kandang di gantung di atas, kandang tidak
kami tutup dengan kain lagi. Dengan posisi kandang di atas, Drago
srigunting tidak perlu mendongak jika melihat penghuni rumah lalu
lalang. Bulu-bulu yang berwarna abu-abu (bahkan ada yang tampak
memutih), sedikit demi sedikit merontok. Tapi kok feeling saya
mengatakan makin banyak yang berubah jadi abu-abu.
Drago si srigunting batu pada hari Sabtu pagi. Sudah ada di tenggeran atas, namun diam tidak bersuara. |
Drago tampak samping, di Sabtu pagi setelah berjemur. |
Minggu
pagi, 17 Agustus 2014, Drago sudah sangat kembali bawel. Kicauan
khasnya sudah bisa kami dengar kembali. Sudah bisa loncat sana-sini.
Sudah mau makan jangkrik, namun belum mau makan voer. Kami juga sudah
mulai memandikannaya pakai semprotan supaya semua kotoran yang nempel di
bulu hilang. Alhamdulillah, kemajuan yang luar biasa setelah sebelumnya
membuat panik dan takut setengah mati. Sungguh suatu shock buat kami
sekeluarga yang masih minim pengetahuan tentang burung. Obat akan tetap
kami berikan selama tujuh hari sejak pemberian pertama kali, sesuai yang
didosiskan OmKicau. Entah apa ingredients obatnya, tidak tercantum di
kemasan tapi manjur obatnya. Selama obat ini masih ada, saya berencana
akan memberikannya dalam minuman srigunting paling tidak sekali dalam
seminggu.
Setelah
kejadian ini, saya jadi lebih berkomitmen untuk memperhatikan
gizi/vitamin/mineral burung-burung kesayangan kami. Semoga bermanfaat
bagi sesama kicau mania yang mungkin mengalami kejadian serupa.
UPDATE 24 November 2014
Entah kami yang salah dalam memelihara burung srigunting atau memang itu bawaan dari si burung, tapi setelah kejadian kejang dan lumpuh pertama yg terjadi pada Agustus lalu, terjadi lagi 3 kali. Bulan September tiba-tiba kejang dan lumpuh sekali. Bulan Oktober sekali. Bulan November sekali...oh no!
Ada yang tahu kenapa bisa begitu? Burung jenis lain yang kami pelihara kondisinya baik-baik semua. Srigunting ini ringkih sekali. Salah pakankah? Setiap hari burung srigunting saya beri makan tiga kali, pagi pukul 7, lalu siang pukul 12 atau 1, dan malam setelah maghrib. Setiap kali makan, menunya saya beri:
Entah kami yang salah dalam memelihara burung srigunting atau memang itu bawaan dari si burung, tapi setelah kejadian kejang dan lumpuh pertama yg terjadi pada Agustus lalu, terjadi lagi 3 kali. Bulan September tiba-tiba kejang dan lumpuh sekali. Bulan Oktober sekali. Bulan November sekali...oh no!
Ada yang tahu kenapa bisa begitu? Burung jenis lain yang kami pelihara kondisinya baik-baik semua. Srigunting ini ringkih sekali. Salah pakankah? Setiap hari burung srigunting saya beri makan tiga kali, pagi pukul 7, lalu siang pukul 12 atau 1, dan malam setelah maghrib. Setiap kali makan, menunya saya beri:
- Pertama saya beri voer terlebih dulu.
- Saya beri sekitar satu sendok makan ulat hongkong.
- Terakhir menu paling lezat, jangkrik.
0 comments:
Post a Comment