Mengobati Burung Srigunting Batu yang Kejang dan Lumpuh

Posted by DhienarChannel on Sunday, August 17, 2014

Entahlah kenapa dalam dua bulan terakhir ini saya sekeluarga tiba-tiba jatuh cinta dengan burung. Papa, mama, dan adik-adik semua jadi cinta mati dengan burung. Berawal dari seorang rekan papa yang memberi burung lovebird, burung pertama kami yang kami beri nama Gerry, lalu teman bersayap kami semakin bertambah hingga kini kami sudah punya 11 burung di rumah. Sebenarnya lebih, tapi ada yang mati dimakan kucing dan ada empat ekor parkit yang kami kembalikan karena kicauannya menggangu burung lain.

Sekitar lima atau enam hari lalu terhitung saat saya menulis artikel ini, papa membawa pulang burung srigunting batu yang dari penampakan luarnya bukanlah favorit saya sebagai perempuan: hitam, sangar, seram, dan mengingatkan saya pada seekor burung gagak. Kata papa, burung srigunting bahkan bisa menakuti elang. Saat papa mem-booking (baru membayar tanda jadi) anakan srigunting di penjual burung, bulunya belum sempurna. Si anakan ditinggal oleh papa di sang penjual dan kemudian saat uang terkumpul, barulah srigunting dijemput pulang. Ternyata ekornya tumbuh saat ditinggal di sang penjual. Ekornya luar biasa indah, berwarna hitam, menjuntai panjang, dan menyerupai gunting. Oya, papa menamainya Drago.

Meski kesan pertama menyeramkan, namun saya dan keluarga malah semakin suka dengan srigunting. Makannya lahap sekali, entah harus memberi makan berapa jangkrik untuk membuat dia kenyang. Suara yang ditimbulkan saat menunggu kami menyiapkan voer atau janggrik gaduh sekali. Paruhnya dibuka lebar-lebar. Saat makanan masuk, suaranya langsung hilang. Keren deh! Tampang boleh seram, tapi suaranya aduhai manis sekali. Seperti bunyi balon. Mungkin karena masih bayi. Heran juga sih, ukurannya dan penampilan ekornya yang sudah sangat lengkap tidak mencerminkan Drago masih bayi. Kicauannya lucu dan memiliki irama yang khas. Saya sampai hapal. Kadang secara tidak sengaja Drago juga bisa menirukan siulan mulut papa dan saya.

Hal yang paling saya benci saat memiliki teman hewan di rumah adalah ketika teman hewan saya sakit. Bukan karena tidak suka bersusah payah mengurusnya, tapi karena kasihan dan tidak tega melihat kondisinya yang lemas terkulai. Saat seperti itu tiba pada saat Drago baru menjadi anggota keluarga kami sekitar dua atau tiga hari (pada Kamis 14 Agustus 2014). Sore hari, saya dan adik saya sedang main di teras bersama Empus si kucing kampung. Tiba-tiba Drago jumpalitan, loncat tidak beraturan di kandang dan terdiam seperti tersangkut di sepertiga tinggi kandang. Langsung saja kandang saya turunkan untuk cek kondisinya. Saya takut kejadian kakinya tersangkut lubang di kandang terulang. Setelah saya cek, memang benar dia seperti tersangkut, tapi tidak separah sebelumnya. Sayang, satu ekor guntingnya nyaris putus karena mungkin Drago berusaha sekuat mungkin untuk melepaskan diri saat tersangkut. Ekornya jadi tertarik. 

Saya panggil mama untuk melihat. Saat kita bertiga sedang ber-"duh...kasihan ekornya", tiba-tiba burung srigunting kami muntah! Saat muntah, dia masih bisa bertengger. Tak berapa lama kemudian, Dago srigunting jatuh dari tenggeran dan badannya tampak berguncang-guncang mirip orang kesurupan. Saya nilai dia baru saja kejang. Suasana waktu itu horor sekali. Kami takut si Drago kenapa-kenapa. Setelah kejang, dia tergelepar di bawah. Saat mencoba bangkit dan berjalan, Drago srigunting tampak tegopoh-gopoh. Kerap kali tersandung. Kami pikir mungkin celah kayu kandang cukup lebar, jadi kaki si Drago nyusruk ke bawah. Drago srigunting diam, tidak berkicau. Mungkin shock. Waktu pertama kali tersangkut dia langsung diam juga. Alhasil, saya langsung ambil kertas cukup tebal untuk mengalasi kandang supaya Drago srigunting bisa berjaan tanpa terjeblos. Ternyata nggak juga tuh. Tiap kali jalan, tampak pincang. Saya lupa entah itu kaki kanan atau kaki kiri yang pincang. Keadaan makin gawat. Kepala Drago srigunting seperti terputar mendongak ke atas. Dannn...putus juga ekor indahnya yang sebeumnya 'nyaris putus'.

Drago, Jumat sore. Kepala mendongak ke atas. Setelahnya, paruh terbuka. Makin lama, kepala semakin ke belakang.

Runtutan dari Drao srigunting terbang jumpalitan, jatuh, muntah, kejang, lumpuh, kepala mendongak terjadi sangat cepat. Tidak berapa lama kemudian papa pulang dari kantor. Setelah diceritakan, papa malah menyalahkan saya yang beberapa hari sebelumnya memberi Ebod Vit ke dalam minuman Drago srigunting. Maksud saya sih baik, karena semua kicau mania di dunia maya menyarankan pemberian tambahan mutivitamin. Saya jadi merasa bersalah, namun tetap bersukukuh bukan Ebod Vit penyebabnya, karena burung saya Pocky si cendet juga masih kecil dan saya beri Ebod Vit menunjukkan ada masalah.

Sejak sore itu, saya nggak berhenti browsing di Google tentang ciri-ciri burung srigunting yang muntah, kejang, lumpuh, kepala mendongak, dan paruh menganga. Jangan bayangkan kepalanya cuma mendongak ke atas. Makin lama, kepalanya sampai menyentuh punggungnya! Jadi kepalanya berputar 180 derajat dari posisi awal. Kadang terkapar. Kepalanya sampai kena kotorannya sendiri. Super horor. Setelah browsing, hasil yang keluar cuma menunjukkan tautan ke blog atau website mengenai burung murai batu dan artikel umum tentang penyakit burung. Jadi, tanda-tanda tersebut ternyata sering terjadi pada burung murai batu. Bagi saya yang awam, murai batu mirip dengan srigunting batu. Beberapa artikel mengarahkan saya ke kesimpulan bahwa Drago srigunting kekurangan vitamin B yang padahal vitamin tersebut sebenarnya sudah terkandung di pakan. Mungkin saat di tukang jualan, pola makannya kurang diperhatikan. Beberapa artikel lain mengarah pada penyakit syaraf. Saya putuskan untuk membeli obat BirdPro yang dijual OmKicau. Saya hubungi Om Dimas, agen OmKicau di Tangerang Selatan. Hari Jum'at pagi (15 Agustus 2014), saya dan adik saya langsung cussss menemui Om Dimas untuk mengambil BirdPro di sekitar lokasi kantornya di Bintaro. Harganya Rp 75.000. Tak lupa, saya tunjukkan ke beliau Ebod Vit yang saya beli untuk bertanya apakah vitamin ini menjadi salah satu penyebabnya. Jawaban beliau, justru itu diperlukan sebagai vitamin harian. Om Dimas juga agak kaget, baru kali ini dia menemukan kasus srigunting kena penyakit syaraf. Biasanya yang sering kena itu burung murai batu. Murai batu yang kondisinya sudah jatuh ke bawah seperti si Drago lalu didiamkan tanpa diberi obat, lama-lama akan mati. Pemberian bubuk BirdPro, menurut Om Dimas, cukup sebesar pentul korek dilarutkan dalam air minum.

Tiba di rumah, saya baca brosur obatnya. Di brosur, menurut om kicau, takaran obatnya satu sendok takar penuh. Saat  siang dan sore hari, air minum di ganti. Saya ikut kata OmKicau saja, berhubung saya orangnya sedikit lebay kalau mengaplikasikan sesuatu. Setelah siap, saya pakai sedotan bekas susu untuk nyuapin obat ke Drago sriguntuing. Sedih, dia nggak mau buka paruhnya, padaha saat pagi sebelum saya ke Bintaro dia masih mau buka mulut untuk makan atau minum. Saya goda-goda, tetap nggak mau buka paruh. Bagaimana obat mau masuk, kalau tidak buka paruh? Jadi, yang saya lakukan adalah ujung sedotan saya tempelkan ke ujung paruhnya dan jari penutup ujung sedotan saya buka. Nggak peduli deh banyak larutan obatnya yang jatuh ke bawah, paing tidak saya berharap ada sedikit larutan yang merembes ke dalam mulutnya. Tidak lupa juga sambil saya bacakan surat Al-Fatihah. Hampir lima belas menit sekali atau tiga puluh menit sekali saya terus coba meminumkan obat. Oya, kandang Drago srigunting saya letakkan di lantai dan saya kerudungin layaknya burung mabung. Alhamdulillah, pada malam harinya Drago mau buka paruhnya. Posisi sedotan kira-kira 2 cm dari mulutnya yang terbuka, lalu saya lepaskan larutan obat dari sedotan. Kadang ditelan, kadang disembur lagi. Dia geleng-geleng kepala jadi saya kecipratan larutan obatnya. Mulai Jum'at malam, Drago srigunting maah kehilangan nafsu makan. Voer dan jangkrik dilepeh semua, padahal jangkrik makanan favoritnya. Malam hari, Drago sudah bisa berdiri di tenggeran dasar meskipun diam saja nyaris tanpa gerakan sama sekali. Benar-benar terlihat sakit. Bulunya yang hitam berubah menjadi abu-abu.

BirdPro dari OmKicau, sendok takarnya (tersedia dalam botol), sedotan yang saya pakai untuk memberi minum obat, dan Ebod Vit yang sebelumnya menjadi tersangka.

Hari kedua pemberian obat (Sabtu 15 Agustus 2014), saya keluarkan kandang supaya Drago mendapat sinar matahari pagi sampai sekitar pukul 9. Mulai hari ini, lebih mudah bagi saya memberi dia obat. Dia menelan obatnya. Wah, Alhamdulillah, saya dan mama senang sekali si Drago mau minum obat. Sore harinya, kemajuannya sangat pesat. Drago berangsur-angsur pulih. Setidaknya, kepalanya sudah kembali ke posisi semua. Sudah tegak lagi. Di kandang, kami letakkan dua tingkat tenggeran. Yang pertama tenggeran normal dan yang kedua tenggerean yang sangat rendah. Mungkin jaraknya harnya 0,5 cm dari permukaan kandang. Maksudnya, supaya kalau dia mau berdiri, dia tidak bersusah payah karena memang kaki burung diciptakan untuk bertengger di ranting pohon. Dia juga sekarang mampu bertengger di atas. Sebelumnya, untuk bertengger dia lungai sekali. Sabtu malam, papa memaksa Drago untuk makan. Biasanya, kita cukup memasukkan voer atau jangkrik ke mulut atau jika ia mendongak ke atas, makanan bisa kita jatuhkan ke dalam mulut. Kali ini, papa memasukkan jangkrik agak menjorok ke dalam mulut Drago srigunting. Makanan akhirnya ditelan, nggak dilepeh lagi. Mulai Sabtu sore, Drago srigunting sudah mulai kembali mengeluarkan bunyi kicauan lemah. Jika, penutup sangkar di buka, ia akan mendekati kami dengan heboh. Takut ia kejang lagi maka kami tutup kembali, tapi akhirnya kita putuskan sudah mulai menggantung kandang kembali di atas. Saat kandang di gantung di atas, kandang tidak kami tutup dengan kain lagi. Dengan posisi kandang di atas, Drago srigunting tidak perlu mendongak jika melihat penghuni rumah lalu lalang. Bulu-bulu yang berwarna abu-abu (bahkan ada yang tampak memutih), sedikit demi sedikit merontok. Tapi kok feeling saya mengatakan makin banyak yang berubah jadi abu-abu.

Drago si srigunting batu pada hari Sabtu pagi. Sudah ada di tenggeran atas, namun diam tidak bersuara.

Drago tampak samping, di Sabtu pagi setelah berjemur.

Minggu pagi, 17 Agustus 2014, Drago sudah sangat kembali bawel. Kicauan khasnya sudah bisa kami dengar kembali. Sudah bisa loncat sana-sini. Sudah mau makan jangkrik, namun belum mau makan voer. Kami juga sudah mulai memandikannaya pakai semprotan supaya semua kotoran yang nempel di bulu hilang. Alhamdulillah, kemajuan yang luar biasa setelah sebelumnya membuat panik dan takut setengah mati. Sungguh suatu shock buat kami sekeluarga yang masih minim pengetahuan tentang burung. Obat akan tetap kami berikan selama tujuh hari sejak pemberian pertama kali, sesuai yang didosiskan OmKicau. Entah apa ingredients obatnya, tidak tercantum di kemasan tapi manjur obatnya. Selama obat ini masih ada, saya berencana akan memberikannya dalam minuman srigunting paling tidak sekali dalam seminggu.

Setelah kejadian ini, saya jadi lebih berkomitmen untuk memperhatikan gizi/vitamin/mineral burung-burung kesayangan kami. Semoga bermanfaat bagi sesama kicau mania yang mungkin mengalami kejadian serupa.

UPDATE 24 November 2014
Entah kami yang salah dalam memelihara burung srigunting atau memang itu bawaan dari si burung, tapi setelah kejadian kejang dan lumpuh pertama yg terjadi pada Agustus lalu, terjadi lagi 3 kali. Bulan September tiba-tiba kejang dan lumpuh sekali. Bulan Oktober sekali. Bulan November sekali...oh no!

Ada yang tahu kenapa bisa begitu? Burung jenis lain yang kami pelihara kondisinya baik-baik semua. Srigunting ini ringkih sekali. Salah pakankah? Setiap hari burung srigunting saya beri makan tiga kali, pagi pukul 7, lalu siang pukul 12 atau 1, dan malam setelah maghrib. Setiap kali makan, menunya saya beri:
  1. Pertama saya beri voer terlebih dulu. 
  2. Saya beri sekitar satu sendok makan ulat hongkong.
  3. Terakhir menu paling lezat, jangkrik.

Blog, Updated at: 4:12 AM

0 comments:

Powered by Blogger.

Popular Posts

Related Links (Ads)

Recent Posts

Archive

Search This Blog